Rabu, 05 Oktober 2011

Pendekatan Konsep Empat P dalam Pengembangan Kreativitas


Menurut saya, kreatif adalah dimana kita memikirkan apa yang tidak dipikirkan oleh orang lain. Kreativitas bisa datang kapan saja dan dimana saja.
Terdapat empat aspek kreativitas yang kita kenal dengan istilah “Empat P”, yaitu: Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk. Konsep empat P ini merupakan wujud pengembangan kreativitas.
Berdasarkan buku yang ditulis oleh Utami Munandar “Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat”, terdapat beberapa teori yang melandasi tentang pembentukan Pribadi yang kreatif, yaitu:
  1. Teori Psikoanalisis
Pada umumnya, teori Psikoanalisis menilai kreativitas sebagai hasil dalam mengatasi masalah, dan biasanya dimulai dari masa kanak-kanak. Dalam Psikoanalisis, pribadi yang kreatif dinilai sebagai orang yang memiliki pengalaman traumatis, yang memungkinkan individu mencampurkan hal yang ia sadari dan yang tidak ia sadari menjadi sebuah pemecahan inovatif dari traumanya tersebut.
  1. Teori Humanistik
Teori humanistik menilai kreativitas merupakan hasil dari kesehatan psikologis yang sangat baik. Selain itu, kreativitas terus-menerus berkembang dan tidak terbatas dalam waktu tertentu.
Menurut Carl Rogers (1902-1987), terdapat tiga kondisi pribadi yang kreatif, yaitu: 1) keterbukaan terhadap pengalaman; 2) kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang; 3) kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep.

Biasanya, anak yang kreatif memiliki ciri yang menonjol, seperti memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki minat yang banyak, dan melakukan aktivitas-aktivitas yang kreatif. Anak yang kreatif memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Orang yang memiliki inovasi tinggi biasanya berani berbeda dari orang lain, selalu memberikan kejutan, menonjol, serta rasa percaya diri yang tinggi dan keuletan membuat mereka tidak cepat putus asa. Thomas Alfa Edison saja mengalami sekitar 200 kali kegagalan dalam percobaannya, sebelum ia menemukan bola lampu yang memang benar-benar berfungsi dalam kehidupan manusia. Ia mengungkapkan bahwa “Genius is 1% inspiration and 99% perspiration”.

Sependapat dengan Carl Rogers, bahwa individu yang kreatif itu adalah individu yang terbuka pada pengalaman. Pada saat mengerjakan tugas individu 1, saya mendapatkan ide kreasi dari pengalaman yang saya dapat bersama teman saya.

Selanjutnya teori mengenai Pendorong (Press)
Setiap orang memiliki kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya; dorongan untuk menjadi matang dan berkembang, dan dorongan untuk mengaktifkan semua potensi yang dimiliki oleh seseorang. Dorongan ada pada diri setiap orang dan bersifat internal, terdapat di dalam diri individu, tetapi memerlukan situasi dan kondisi yang pas untuk mengekspresikannya.
Tidak hanya kondisi internal yang mendorong individu menjadi kreatif. Kondisi lingkungan sebagai kondisi eksternal juga berpengaruh. Menurut Roger dalam psikoterapinya, penciptaan kondisi keamanan dan psikologis memungkinkan timbulnya ide kreatif yang konstruktif.
Dalam hal ini, saya menciptakan celengan karena adanya dorongan internal, yaitu motovasi untuk menabung, serta dorongan ekternal (lingkungan), yaitu adanya dukungan dari orang-orang sekitar sewaktu saya mengemukakan pendapat saya untuk membuat celengan.

Mengenai teori Proses yang kreatif:
Teori Wallas
Teori Wallas merupakan salah satu teori tradisional yang sampai sekarang masih banyak dikutip. Dalam bukunya “The Art of Thought” (Piirto, 1992), menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap, yaitu: 1) persiapan; 2) inkubasi; 3) iluminasi; dan 4) verifikasi. Tahap pertama, seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan berpikir dan mencari-cari informasi. Kedua, kegiatan-kegiatan mencari data dan informasi tidak dilanjutkan. Ketiga,  tahap iluminasi merupakan tahap munculnya insight, saat timbulnya gagasan baru, beserta proses-proses bagaimana timbulnya gagasan tersebut. Keempat, tahap verifikasi ialah tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas, diperlukan pemikiran yang konvergen.

Dalam pembuatan tugas individu 1, saya mengikuti setiap tahapan, pada tahap pertama, dengan saya mengingat suatu momen lah yang mengakibatkan saya mendapatkan informasi. Kemudian saya berhenti sejenak sambil berpikir mengenai ide yang saya dapatkan. Setelah itu saya mulai mendapatkan gagasan baru mengenai model celengan, kerangka celengan, dan sebagainya. Terakhir, saya menguji hasil kreasi saya apakah bisa digunakan atau tidak.

Selanjutnya tentang teori Produk kreatif:
Cropley (1994) menunjukkan hubungan antara tahap-tahap proses kreatif (Wallas) dan produk yang dicapai.
Bessemer dan Treffinger menyarankan bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu: 1) kebaruan (novelty); 2) pemecahan (resolution); 3) kerincian (elaboration) dan sintesis.
Kebaruan menurut Besemer dan Treffinger adalah sejauh mana produk itu baru dalam hal jumlah dan luas proses, teknik baru, bahan baru, konsep baru yang terlibat dalam hal dampak dari produk terhadap produk kreatif di masa depan.
Resolution menyangkut derajat sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan dari situasi yang bermasalah.
Elaborasi dan sintesis merupakan dimensi yang merujuk pada sejauh mana produk itu menggabung unsur-unsur yang tidak sama menjadi keseluruhan yang koheren.

Dalam hal ini, produk yang saya buat adalah celengan berbentuk rumah. Mungkin dinilai biasa saja, tetapi saya berusaha membuat produk yang berguna, logis, dan menampilkan keterampilan dalam membuat desain celengan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar