Selasa, 15 Maret 2011

inteligensi


Apakah inteligensi itu?
Inteligensi adalah kemampuan kognitif individu dalam menerima pengalaman baru. Beberapa pakar mendeskripsikan inteligensi sebagai keahlian untuk memecahkan masalah (problem solving). Yang lainnya mendeskripsikannya sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Karena inteligensi adalah konsep yang abstrak dan luas, maka tidak mengherankan jika ada banyak defenisi.

Apa saja yang merupakan tes inteligensi yang dinilai secara individual?
Tes Binet. Pada tahun 1904, Menteri Pendidikan Perancis meminta psikolog Alfred Binet untuk menyusun metode guna mengidentifikasi anak-anak yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar di sekolah. Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon, kemudian menyusun tes inteligensi untuk memenuhi permintaan ini. Tes ini disebut Skala 1905. Tes ini terdiri dari tiga pertanyaan, mulai dari kemampuan untuk menyentuh telinga sampai kemampuan untuk menggambar desain berdasarkan ingatan yang dimiliki si anak dan mampu mendefenisikan konsep abstrak.
Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau disebut dengan usia mental, yaitu level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lainnya. Kemudian pada tahun 1912, William Stern menciptakan konsep intelligence quotient (IQ), yaitu usia mental seseorang dibagi dengan usia kronologis (chronological age-CA), dikalikan 100. Jadi, didapatlah rumusnya: IQ = MA/CA x 100.
Jika usia mental sama dengan usia kronologis, maka IQ-nya lebih dari 100. Jika usia mentalnya dibawah usia kronologis, maka IQ-nya dibawah 100.
Tes Binet direvisi berkali-kali untuk disesuaikan dengan kemajuan dalam pemahaman inteligensi dan tes inteligensi. Revisi-revisi ini disebut tes Stanford-Binet, karena revisi ini dilakukan di Stanford University. Tes Stanford-Binet kini dilakukan secara individual untuk individu yang berusia mulai dari 2 tahun hingga dewasa. Edisi keempat tes Stanford-binet dipublikasikan pada 1985. Tes Stanford-Binet masih merupakan salah satu tes yang paling banyak digunakan untuk menilai inteligensi siswa.

Tes Wechsler. Salah satu tes inteligensi lainnya yang dikembangkan oleh David Wechsler. Tes ini mencakup Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-Revised (WPPSI-R) yang digunakan untuk menguji anak usia 4 sampai 6½ tahun; Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised (WISC-R) untuk anak remaja dari usia 6 hingga 16 tahun; dan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R).
Skala Wechsler menunjukkan IQ secara keseluruhan, menunjukkan IQ verbal dan IQ kinerja. Hal ini dapat membantu peneliti untuk melihat dengan cepat perbedaan area inteligensi murid-murid yang berbeda-beda.

Daftar Pustaka :
Santrock., J.W. 2008. Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group.

Minggu, 13 Maret 2011

pembelajaran johari window


Johari Window atau Jendela Johari adalah salah satu cara bagaimana untuk melihat dinamika self-awareness, dan berkaitan dengan perasaan, perilaku dan motif. Johari Window ini diciptakan pada tahun 1955 oleh Joseph Luft dan Harry Ingham untuk mengamati bagaimana cara kita memahami diri kita sendiri.
Model Johari Window ini terdiri dari 4 kuadran, yaitu:
·        Kuadran 1 (Terbuka), yaitu merujuk pada sesuatu yang kita ketahui dan orang lain pun mengetahuinya.
·        Kuadran 2 (Buta), yaitu merujuk pada sesuatu yang diketahui orang lain, tetapi tidak diketahui oleh kita sendiri.
·        Kuadran 3 (Tersembunyi), yaitu merujuk pada sesuatu yang kita ketahui, namun orang lain tidak mengetahuinya.
·        Kuadran 4 (Misteri), yaitu merujuk pada sesuatu yang tidak kita ketahui dan orang lain pun tidak mengetahuinya.
Dalam pembahasan Johari Window ini, Joseph Luft berpendapat bahwa kita harus mengurangi ukuran kuadran kedua yang merupakan area yang rapuh, karena didalamnya berisikan tentang apa yang diketahui orang lain, tidak diketahui oleh kita, bahkan mungkin ketidaktahuan kita itu karena kita menganggap sesuatu hal secara sepele sehingga sering mengabaikannya.
Pada pertemuan perkuliahan Selasa, 8 Maret 2011, kami menggunakan metode Johari Window ini dengan membahas bagaimana sifat atau karakter yang dimiliki oleh teman-teman yang dekat dengan kita, sejauh mana kita mengenali teman kita dan sejauh mana pula teman kita mengenali kita.
Evaluasi pembelajaran kali ini kami kaitkan dengan teori Piaget, yang menyatakan bahwa untuk dapat memahami sesuatu, kita menggunakan skema atau konsep yang sudah tertanam di pikiran kita. Begitu pula ketika kita mengidentifikasi dan menilai teman, maka apa yang kita deskripsikan merupakan perwujudan dari apa yang telah kita konsepkan. Proses kognitif akan berkembang ketika kita mengembangkan konsep yang telah tertanam. Ketika kita mengevaluasi sifat masing-masing, maka akan ada sifat yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari sebelumnya dan menjadikannya informasi baru yang merupakan penambahan mengenai diri kita sendiri. Proses ini dinamakan asimilasi, yaitu proses mental yang terjadi ketika seseorang memasukkan informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada.
Kemudian, kami mencoba mengaitkannya dengan motivasi. Dapat kita ketahui bahwa motivasi itu terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dalam hal ini, motivasi intrinsik merupakan suatu dorongan dalam individu, dapat dikatakan, pada kegiatan kali ini, motivasi intrinsik seseorang yaitu sebagai indikator untuk berafiliasi atau berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Sementara motivasi ekstrinsik merupakan dorongan yang kita dapat dari lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan dapat membentuk dan menuntut kita untuk bertindak atau berperilaku dalam membangun hubungan sosial. Pada intinya, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik itu sama, hanya terdapat perbedaan di sumbernya saja. Bagaimana kita berperilaku, bertindak serta berinteraksi dengan orang lain berkaitan dengan motif sosial.

Rahasia Jubah Tembus Pandang

Harry Potter di tahun pertamanya :D
Jubah tembus pandang Harry Potter ternyata jubah sihir teknologi. Maksudnya, jubah itu dibuat dengan bantuan teknologi. Mau tau teknologinya ? Yuuuk lihat ;)

naaah ini kan bukan Harry Potter, loh kok bisa tembus pandang yaaah ????



Tipuan Penglihatan
Teknologi yang digunakan untuk membuat jubah tembus pandang dinamakan kamuflase optik atau tipuan penglihatan. Teknologi ini pertama kali dibuat oleh Ivan Sutherland dan para mahasiswanya di Universitas Harvard dan Utah.
Teknologi ini dapat diwujudkan dengan bantuan seperangkat alat khusus. Alat-alat ini antara lain: bahan berdaya pantul tinggi, kamera video, komputer grafis, proyektor atau alat untuk memproyeksikan (menyorotkan) gambar pada layar, dan cermin khusus berbahan perak sebagai pengumpul gambar. Cermin ini sekaligus sebagai jendela untuk melihat hasil tipuan penglihatan ini.


Jubah Berbahan Khusus
Jubah yang digunakan Harry Potter dibuat dari bahan yang dapat memantulkan cahaya dengan baik. Bahan ini terdiri dari ribuan manik-manik kecil. Manik-manik ini berfungsi memantulkan cahaya ke arah tempat asal dia datang dengan tepat. Dengan begitu, orang yang berdiri di tempat asal datangnya cahaya akan menerima pantulan sinar dengan kuat. Berbeda jika cahaya mengenai permukaan kasar. Cahaya itu akan dipantulkan secara menyebar.



Bagaimana Cara Kerjanya????


 ini dia ilustrasinya :D

1. Kamera Digital (Digital Video Camera) merekam pemandangan di belakang orang yang mengenakan jubah khusus.
2. Komputer Grafis, hasil rekaman kamera digital diteruskan ke komputer grafis. Gambar diolah dengan komputer grafis agar cukup jelas saat dipancarkan.
3. Proyektor atau alat pemancar gambar menerima gambar dari komputer, lalu memproyeksikan gambar itu ke cermin khusus.
4. Cermin khusus memantulkan gambar dari proyektor ke orang yang mengenakan jubah.
5. Jubah khusus yang bermanik-manik itu memantulkan kembali cahaya yang berisi gambar ke arah cermin khusus.
6. Cahaya yang dipantulkan jubah menembus cermin khusus dan jatuh ke mata orang yang melihat di belakang cermin. Cahaya yang dipantulkan itu berupa gambar yang ada di belakang orang yang mengenakan jubah.
Orang yang mengenakan jubah tampak menghilang sebab pemandangan di belakangnya (gambar pohon) ditampilkan di atas jubahnya. Begitulah jubah tembus pandang dibuat. Sederhana kan ?

Teknologi membantu kita mewujudkan hal-hal yang dulu dianggap mustahil. Termasuk adegan-adegan fantasi dalam film. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa teknologi adalah fantasi yang masuk akal. Setuju tidak ? Kalau kita sudah tau tekniknya, pasti informasi bertambah, Lumos Maxima :D