Soal 13: Skala Renzulli-Hartman untuk menilai karakteristik perilaku siswa berbakat yang harus diisi oleh guru meliputi sub-bab apa saja? Sebutlah ciri-ciri perilaku siswa untuk setiap sub-bab skala. Apakah kesulitannya dalam mengadaptasi skala ini untuk penggunaan di Indonesia?
Jawaban: Skala Penilaian Anak Berbakat yang disusun oleh Renzulli dkk. (1971), terdiri atas empat sub-bab, yaitu: 1) ciri-ciri intelektual umum; 2) ciri-ciri motivasi; 3) ciri-ciri kreativitas; dan 4) ciri-ciri kepemimpinan. Dan kemudian setiap sub-bab skala memiliki ciri-ciri:
- rasa ingin tahu yang luas dan mendalam,
- sering mangajukan pertanyaan yang baik,
- memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah,
- bebas dalam menyatakan pendapat,
- mempunyai rasa keindahan yang dalam,
- menonjol dalam satu bidang seni,
- mampu melihat masalah dari berbagai segi/sudut pandang,
- mempunyai rasa humor yang luas,
- mempunyai daya imajinasi, dan
- orisinil dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
Kesulitan: Terdapat tiga subskala yang ternyata sulit bagi guru yang mengisinya dan memerlukan banyak waktu.
Soal 14: Kemukakan inti dari teori Amabile tentang Persimpangan Kreativitas (Creativity Intersection)!
Jawaban: Amabile menekankan bahwa keberhasilan dalam perwujudan kreativitas ditentukan oleh tiga faktor yang saling terkait, dan titik pertemuan antara ketiga faktor inilah yang menentukan keunggulan kreatif, yaitu pertama keterampilan dalam bidang tertentu (domain skills), keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik.
Soal 15: Uraikan karakteristik ‘keluarga kreatif’ menurut Dacey!
Jawaban: Hasil penelitian Dacey menunjukkan bahwa keluarga remaja kreatif tidak memberlakukan banyak aturan dibandingkan dengan keluarga biasa. Banyak diantara remaja kreatif yang pernah mengalami masa krisis. Humor juga merupakan ciri yang ditampilkan oleh keluarga kreatif. Keluarga kreatif lebih sering pindah rumah, dan penataan rumahnya pun berbeda dari penataan rumah pada umumnya. Orang tua mengenali tanda-tanda kekreatifan anak sudah pada usia dini, dan mereka mendorong dan memberikan banyak kesempatan untuk mengembangkan bakat anak. Orang tua dan anak dari keluarga kreatif sama-sama berpendapat bahwa peranan sekolah tidak penting dalam pengembangan kreativitas anak. Tetapi, remaja kreatif cenderung untuk bekerja lebih keras daripada teman-teman sekolahnya.
Soal 16: Perbedaan apa yang nyata antara keluarga anak berbakat dan keluarga anak biasa (dengan tingkat kecerdasan rata-rata) dalam penelitian yang dilakukan di Jakarta tahun 1982?
Jawaban: Hasil studi penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa orang tua anak berbakat mempunyai tingkat pendidikan, jabatan profesional, dan penghasilan yang lebih tinggi. Lebih banyak dari mereka yang mempunyai hobi membaca, walaupun secara umum kebiasaan membaca semua orang tua belum tinggi. Taraf aspirasi orang tua anak berbakat sehubungan dengan pendidikan anak lebih tinggi. Jumlah anak dalam keluarga lebih kecil dan persentase anak berbakat yang termasuk anak sulung lebih tinggi. Gambaran ini menunjukkan kecenderungan yang sama sebagaimana dikemukakan para ahli berdasarkan penelitian di luar negeri.
Dibandingkan dengan keluarga anak berbakat, orang tua dengan IQ rata-rata lebih mementingkan ciri “kepatuhan” pada anak. Anak dengan anak IQ rata-rata dituntut banyak oleh orang tuanya untuk menyelesaikan tugas-tugas rumah, sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk mengerjakan hal-hal yang mereka senangi.
Soal 17: Dengan cara-cara apakah orang tua dapat merangsang kreativitas anak di rumah? Berilah contoh kasus nyata yang Anda kenal!
Jawaban: Orang tua dapat menjadi model bagi anak. Orang tua hendaknya dapat menghargai minat intrinsik anak, dan menunjukkan perhatian dan melibatkan diri secara intelektual dengan baik, mendiskusikan masalah, mempertanyakan, menjajaki, dan mengkaji. Orang tua anak kreatif merasa aman dan yakin tentang diri sendiri, tidak memperdulikan status sosial, dan tidak terlalu terpengaruh tuntutan sosial. Mereka melakukan tugas sebagai orang tua dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kemampuannya.
Contohnya: di Indonesia, terdapat seorang anak bernama Rifai. Kondisi keluarga Rifai sangat sederhana. Fai kemudian menjadi bahan berita, karena pada umur 2-3 tahun, Fai sudah mampu menghapal susunan kabinet pemerintahan Indonesia, serta sebagian pengetahuan-pengetahuan umum lainnya. Perkembangan Fai juga cukup baik. Fai juga dapat membuat mainannya sendiri seperti kuda-kudaan ataupun kendaraan-kendaraan perang yang ia buat dari barang bekas, karena orang tuanya tidak sanggup membelikannya mainan. Dari hasil pemeriksaan psikologis, ternyata taraf kecerdasan Fai tergolong cukup tinggi. Kemampuan psikomotoriknya berkembang lebih baik daripada kemampuan verbalnya.
Soal 18: Jelaskan sikap orang tua yang memupuk pengembangan kreativitas anak! Simpulkan tiga asas yang paling penting!
Jawaban: Terdapat beberapa sikap orang tua yang mampu memupuk pengembangan kreativitas anak, yaitu:
- menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk mengungkapkannya,
- memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan berkhayal,
- membiarkan anak mengambil keputusan sendiri,
- mendorong kemelitan anak, untuk menjajaki dan mempertanyakan banyak hal,
- meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang ingin dicoba dilakukan, dan apa yang dihasilkan,
- menunjang dan mendorong kegiatan anak,
- menikmati keberadaannya bersama anak,
- memberi pujian yang sungguh-sunggu kepada anak,
- mendorong kemandirian anak dalam bekarja, dan
- melatih hubungan kerja sama yang baik dengan anak.
Dari berbagai penelitian dapat disimpulkan bahwa sikap orang tua yang memupuk kreativitas anak sangat berbeda dari sikap orang tua yang tidak menunjang pengembangan kreativitas anak. Penting pula peranan kelompok orang tua anak berbakat sebagai pendukung program anak berbakat di sekolah.
Soal 19: Kita dapat membedakan tiga kategori karakteristik guru anak berbakat. Jabarkan ciri-ciri guru anak berbakat pada setiap kategori!
Jawaban: Karakteristik guru anak barbakat:
1) Karakteristik filosofis, yaitu: merupakan cara pandang seorang guru mengenai pendidikan yang berdampak pada pendekatan mereka terhadap mengajar. Strom (1983) mengemukakan konflik filosofis pada guru anak berbakat, dimana guru cenderung berpikir bahwa anak berbakat dapat berhasil dari dirinya sendiri, sehingga tidak perlu diperhatikan. Kadang-kadang guru cenderung berpikir bahwa selama anak berbakat mencapai niali tinggi dan tidak menimbulkan masalah, tidak perlu mempertimbangkan ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan mereka.
2) Karakteristik profesional, yaitu: meliputi strategi untuk mengoptimalkan belajar siswa berbakat. Plowman (dalam Sisk, 1987) membedakan sepuluh kelompok karakteristik profesional anak berbakat, yaitu: a) assessment anak berbakat; b) mengetahui tentang sifat dan kebutuhan anak berbakat; c) menggunakan data assessment dalam merencanakan program individual untuk anak berbakat; d) mengetahui tentang model kurikulum yang penting untuk pendidikan anak berbakat; e) mampu dalam menggunakan dinamika kelompok; f) mengetahui tentang berbagai program untuk anak berbakat, minat, dan komitmen terhadap pembelajaran anak berbakat; g) mengetahui tentang aturan dan hukum sehubungan dengan pendidikan anak berbakat; h) mengetahui dan mampu untuk membimbing anak berbakat dan orang tua mereka; serta i) mengetahui tentang kecenderungan dan isu dewasa ini dalam pendidikan anak berbakat.
3) Karakteristik pribadi guru anak berbakat meliputi motivasi, kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat luas, dan fleksibilitas (kelenturan). Lindsey (dalam Sisk, 1987) menyimpulkan karakteristik pribadi dari guru yang berhasil bekerja dengan anak berbakat, mencakup memahami dan menerima diri sendiri, mempunyai kekuatan ego, kepekaan terhadap orang lain, minat intelektual diatas rata-rata, serta bertanggung jawab terhadap perilaku diri sendiri dan akibatnya.
Soal 20: Dengan cara-cara apa kita dapat memanfaatkan peranan mentor sebagai narasumber untuk program anak berbakat?
Jawaban: Program sekolah dapat menunjuk mentor untuk melengkapi pendidikan anak berbakat. Mentor ini biasanya sukarelawan dari masyarakat yang mengundang anak berbakat untuk mengunjungi tempat kerja mereka.
Memanfaatkan peranan untuk anak berbakat adalah dengan cara mengikuti program pelatihan yang dimentori oleh pementor yang sudah terlatih untuk mengatasi anak-anak berbakat.
Soal 21: Berilah tiga contoh dari kegiatan yang merangsang kreativitas anak di sekolah!
Jawaban: 1) memberikan kebebasan pada anak untuk mengekspresikan kemampuannya, baik dalam bidang sains, seni, maupun olahraga; 2) memberikan feedback pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak, daripada mengkritik hasil pekerjaannya; 3) mengajak anak bereksplorasi dengan membaca, memperkenalkannya dengan tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai sarana bermain agar anak mempu bereksperimen dan melakukan hal-hal yang ia senangi.
Soal 22: Unsur-unsur mana yang penting diperhatikan dalam merancang strategi mengajar yang meningkatkan kreativitas siswa?
Jawaban: Unsur-unsur penting yang diperhatikan dalam merancang strategi mengajar adalah unsur penilaian, hadiah, dan pilihan.
- Penilaian: menurut Amabile (1989), penilaian guru terhadap murid mungkin merupakan pembunuh kreativitas paling besar. Di dalam kelas yang menunjang kreativitas, guru menilai pengetahuan dan kemajuan siswa melalui interaksi terus-menerus dengan siswa. Guru dapat mengikutsertakan siswa untuk menilai pekerjaan mereka sendiri. Agar anak tidak kecewa jika pekerjaannya kurang baik, guru hendaknya memperhatikan bagian atau soala mana yang dibuat cukup baik, dan memberi penghargaan untuk itu; selain itu, guru juga hendaknya memberi pengertian bahwa siswa mengalami masalah dalam mengerjakan soal-soal tertentu dan mengajaknya mencari cara lain agar siswa dapat memahami kesalahan yang ia perbuat.
- Hadiah: cukup banyak penelitian menunjukkan bahwa jika anak terpusat untuk mendapatkan hadiah sebagai alasan untuk melakukan sesuatu, maka motivasi intrinsik dan kreativitas mereka akan menurun. Hadiah yang terbaik untuk pekerjaan yang baik adalah tidak berupa materi (intangible), seperti senyuman dan anggukan, kata penghargaan, kesempatan untuk mempresentasikan hasil karyanya sendiri, dan pekerjaan tambahan.
- Pilihan: sedapat mungkin, berilah anak kesempatan untuk memilih, misalnya dalam memilih topik karangannya sendiri. Kreativitas tidak akan berkembang jika anak hanya dapat melakukan sesuatu dengan satu cara.
Soal 23: Buatlah desain ruang kelas yang memudahkan belajar-mengajar secara kreatif!
Jawaban: Pada umumnya, kelas terbuka mempunyai struktur yang tidak kaku, kurang ada tekanan terhadap kinerja siswa, dan lebih banyak pada perhatian individual, sehingga anak akan belajar lebih baik jika tingkat dan kecepatan kurikulum disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan anak-anak.
Di samping itu, ruang kelas hendaknya merangsang secara visual, tanpa mengganggu perhatian. Ruang kelas diisi dengan berbagai produk yang dihasilkan siswa, ada lukisan, foto, karangan, patung, dan karya-karya lain. Selain itu, bahan penunjang pendidikan disediakan dalam jumlah yang cukup banyak. Pusat sains di dalam kelas mengandung berbagai material yang memungkinkan anak melakukan banyak kegiatan dan eksperimen.
Soal 24: Buatlah bagan yang mensintesiskan pendapat para pakar di Indonesia!
Jawaban:
1) Menurut Arieti, kebudayaan creativogenic memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Tersedianya sarana-prasarana kebudayaan
- Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
- Penekanan pada becoming, tidak hanya pada being
- Kesempatan bebas terhadap media kebudayaan
- Kebebasan, dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan
- Menghargai dan dapat mengintegrasi rangsangan dari kebudayaan yang berbeda
- Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen
- Interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti, dan
- Adanya insentif, penghargaan atau hadiah.
2) Selo Soemardjan (1981) menekankan bahwa ‘orang yang benar-benar kreatif memiliki sistem nilai dan sistem apresiasi hidup sendiri yang mungkin tidak sama dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat ramai. Kreativitas merupakan sifat pribadi seorang individu dan bukan merupakan sifat sosial yang dihayati oleh masyarakat.
3) Harsya Bachtiar, seperti juga Rogers (1982, dalam Vernon) memaparkan kebutuhan sosial akan kreativitas yang menghendaki suatu bentuk, struktur, pola atau sistem yang baru, karena apa yang telah ada dianggap tidak lagi memadai atau tidak bisa memenuhi kebutuhan.
Pendapat dan gagasan beberapa pakar Indonesia mengenai kaitan dan peranan faktor-faktor sosial dan budaya dengan pengembangan kreativitas anggota masyarakat menunjukkan kesamaan dengan temuan pakar dan peneliti di luar negeri sehubungan dengan kondisi sosial-budaya yang menunjang atau menghambat kreativitas bangsa.
Daftar Pustaka:
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Daftar Pustaka:
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar