Proses individu menjadi kreatif tidak hanya didasarkan pada faktor motivasi (intrinsiik) yang dimiliki oleh individu tersebut saja. Disamping itu, individu disokong oleh lingkungan (eksternal), seperti faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, serta adanya peran pengajar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Decey (1989), remaja yang kreatif berasal dari keluarga yang kreatif juga. Sementara remaja yang kurang kreatif berasal dari keluarga yang tidak mendukung perkembangan anak secara aktif. Hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya keterlibatan keluarga dalam mengembangkan kreativitas anak.
Biasanya remaja yang kreatif berada di dalam keluarga yang tidak terlalu banyak aturan, tidak mengekang, mendukung dan mendorong perkembangan kreatif anak, serta orang tua yang kreatif berpendapat bahwa prestasi akademik anak tidak begitu penting.
Lain halnya dengan anak remaja dengan keluarga yang kreatif. Biasanya keluarga ini terlalu mementingkan prestasi skolastik, memiliki banyak aturan-aturan, orang tua ketat terhadap segala kegiatan anak, orang tua menekan dan memaksa anak untuk menyelesaikan tugas, serta didikan bersifat otoriter.
Di dalam praktek kehidupan, keluarga saya merupakan keluarga yang tidak otoriter, tidak terlalu mementingkan prestasi akademik, serta mendukung kegiatan-kegiatan yang saya lakukan (dalam konteks kegiatan yang positif). Nah, hal ini membuat saya lebih mandiri, tidak merasa terkekang dalam berekspresi, dan adanya peran keluarga membuat saya lebih ingin berekplorasi karena keluarga juga memberikan masukan-masukan terhadap saya dalam melakukan kegiatan.
Selain faktor keluarga, sebenarnya ada juga faktor lingkungan masyarakat, seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan Kreativitas ini, saya belajar dan bekerja sama dengan orang-orang yang menurut saya kreatif. Jadi, saya yang merasa diri saya pas-pasan pun termotivasi untuk meningkatkan kekreativitasan saya agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kemungkinan untuk terus maju dan berkembang pasti ada, tergantung bagaimana kita mengikuti proses-proses pengembangan kreativitas tersebut dengan baik.
Dan yang tak kalah penting juga, yaitu peran pengajar dalam mengembangkan kreativitas anak. Dalam hal ini sering disebut sebagai mentor. Maker (1982) membagi karakteristik guru anak berbakat menjadi tiga kelompok, yaitu: filosofis, profesional, dan pribadi.
Karakteristik filosofis penting karena cara guru memandang bagaimana pendidikan memiliki dampak terhadap pendekatan mereka dalam mengajar. Menurut Wellborn (dikutip Sisk, 1987) guru dapat mengalami kesulitan filosofis dengan upaya pengembangan kreativitas dalam kelas. Karakteristik profesional dari guru dapat dikembangkan dengan pelatihan seperti pengembangan teknik mengajar, strategi yang maju dalam mata ajaran tertentu, memahami ilmu komputer, dan lain sebagainya. Karakteristik pribadi guru anak berbakat meliputi motivasi, rasa humor, kesabaran, kepercayaan diri, tenggang rasa, empati, serta aktualisasi diri.
Dengan didukung oleh adanya faktor internal seperti motivasi untuk menjadi kreatif, serta faktor eksternal seperti keluarga, masyarakat, dan pengajar, maka anak akan mampu mengembangkan kekreativitasannya dengan baik.
Cukup baik analisisnya Irun...
BalasHapusNamun menurut saya banyak hal yang tidak kamu cantumkan sebagai hasil review dari apa yang ditugaskan :)