Kamis, 17 November 2011

Kegiatan Perkuliahan Kreativitas pada Kamis, 17 November 2011


Pada perkuliahan Kreativitas hari Kamis, 17 November 2011, perkuliahan dimulai dengan ditampilkannya aksi kreatif yang berupa drama musikal dari salah satu kelompok yang dianggotakan oleh 4 orang, yaitu Karin Ambarita, Yoseva Okta, Elienz Vidella, dan juga Christin Siahaan. Secara keseluruhan, penampilan yang disajikan cukup menghibur kami.
Kemudian, kami kedatangan 4 orang mahasiswi program magister profesi bidang Pendidikan Psikologi USU, yaitu Kak Ema, Kak Kiki, Kak Ulfa, dan Kak Rena. Mereka berempat membagi kami yang pada saat itu hanya terdiri dari 12 orang, menjadi  kelompok. Pembagian kelompoknya berdasarkan warna kertas origami yang dipilih masing-masing individu. Maka didapatlah 4 kelompok yang setiap kelompok beranggotakan 3 orang. Ada kelompok merah, kuning, oranye, dan ungu. Saya berada di kelompok kuning bersama Christin dan Vera Gandhi.
Setelah semua berada di dalam kelompok, kami ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dengan memanfaatkan 3 kertas origami yang diberikan, dan dibuat dalam waktu 10 menit, kemudian dipresentasikan di depan kelas mengenai hasil karyanyan dan dikaitkan dengan teori Model Belajar Mengajar Kreatif yang berada di bab 8 buku “Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat” oleh Prof. Dr. Utami Munandar. Setiap kelompok membahas 2 teori model belajar. Terdapat 8 model belajar, yaitu: model belajar taksonomi bloom, model Guilford, model Taylor, model Treffinger, model Renzulli, model Williams, taksonomi Krathwohl, dan model Clark.
Kelompok saya menciptakan bentuk: 1 bentuk kotak yang digambar smiley, 1 membentuk lipatan kecil seperti kipas, dan 1 lagi membentuk tangkai, yang kemudian ketiga bentuk tadi kami satukan menjadi bentuk mainan yang berupa gambar cewek tersenyum memakai hiasan rambut yang diletakkan pada tangkai.
Kelompok saya membahas mengenai model belajar taksonomi Krathwohl, dimana tujuan dan prosedur model belajar ini adalah ranah kognitif, dan kemudian sekarang diterapkan juga pada ranah afektif dan inteligensi. Taksonomi Krathwohl meliputi seperangkat keterampilan yang dapat dikembangkan pada siswa yang berkenaan dengan cara mereka merasa. Taksonomi ranah afektif dari Krathwohl terdiri dari lima tingkat, yaitu: receiving (menerima), willing to respond (kemauan untuk merespon), valuing (menghargai), organizing a value system (menyusun sistem nilai), dan characterization by a value or a value complex (perwatakan oleh kompleks nilai). Kemudian kami berupaya mengaitkan teori belajar tersebut dengan proses pengerjaan origami.
            Teori kedua yang dibahas oleh kelompok saya adalah teori Model Pendidikan Integratif (Clark), yang memiliki titik pusat pada fungsi alam pikiran sepenuhnya dari individu dan bertujuan membantu siswa menggunakan semua kemampuan mereka dalam belajar. Maka dari itu, model ini menilai ada 4 fungsi yang berperan membangun kreativitas dalam pembelajaran akademis maupun non-akademis, yaitu: berpikir, intuisi (firasat), perasaan, dan penginderaan.  Penerapan teori pada pembuatan hasil karya:
  • Berpikir: kelompok memikirkan bentuk apa yang bisa dibuat dari ketiga lembar origami, pada awalnya kami berpikir untuk membuat bentuk burung kertas, namun kami bertiga tidak bisa membuat bentuknya.
  • Intuisi (firasat): karena kelompok merasa kurang mampu membentuk burung dari kertas origami, maka kami mulai beralih ke konsep yang lain, benda apa yang bisa kami bentuk dan tidak begitu susah.
  • Perasaan: mulai merasakan kehadiran emosi yang kemudian mampu mendesak kami untuk menghasilkan sebuah barang dari kertas origami tersebut, sambil juga mengamati kelompok lain, yang kemudian memicu untuk segera menyelesaikan tugas dari kertas tadi.
  • Penginderaan: kelompok membuat sebuah bentuk berdasarkan apa yang sudah pernah dilihat dan juga diingat.
Setelah semua kelompok mempresentasikan, keempat kakak-kakak mahasiswi tadi pun mengevaluasi. Pertama, mereka membuat bentuk kapal terbang dari kertas yang ternyata bentuk kapal tersebut bisa diterangkan dengan kedelapan model belajar mengajar kreatif. Kedua, mereka mulai mengevaluasi kinerja kelompok, dimana hanya ada 1 kelompok yang lumayan berhasil menerapkan teori dan hasil karyanya. Pada saat evaluasi ini, ketiga kelompok yang dianggap kurang pas mengaitkan teorinya dibanding-bandingkan dengan kelompok yang lumayan behasil tadi.
Ternyata pelajaran hari ini tidak hanya sampai disitu saja, kemudian kami yang 12 orang ini dibagi menjadi 2 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6 orang, kemudian kami bermain memindahkan karet dengan menggunakan sedotan. Dan kelompok saya keluar sebagai pemenang karena mampu mengumpulkan karet gelang sebanyak 11 butir, sementara kelompok yang satunya 9 butir.
Kemudian diadakan penilaian, didapatlah pernyataan bahwa sebenarnya kata-kata yang diucapkan kakak-kakak dievaluasi pertama yang mengenai origami tadi (membanding-bandingkan kelompok satu dengan kelompok lainnya, dan mengatakan bahwa mereka merasa kami tidak begitu kreatif , serta tidak seperti yang mereka bayangkan) merupakan pernyataan yang pura-pura, dengan alasan bahwa jika seandainya kita adalah seorang pengajar, maka tidak sepantasnya kita membanding-bandingkan antara anak yang biasa dan anak yang berbakat. Mungkin hanya bisa dibedakan berdasarkan bagaimana cara mengajar yang disesuaikan dengan kemampuan anak. Ketika seorang anak yang dibanding-bandingkan dengan anak lain, maka anak tersebut menjadi kurang percaya diri dan akan diam, dalam arti, anak tidak lagi berusaha untuk mengeksplor kemampuannya.
Sementara di permainan memindahkan karet gelang, kita dituntut untuk saling bekerja sama, berlatih kekompakan, memiliki strategi, cermat, berhati-hati serta tangkas.

Bagi saya pribadi, manfaat yang paling saya rasakan adalah yang pertama, saya menjadi terbuka pikiran mengenai bagaimana seharusnya memberikan pengajaran terhadap anak, seperti tidak boleh membedakan pemberian pengajaran antara anak yang satu dengan yang lainnya, tidak boleh membandingkan antara anak yang satu dengan yang lainnya, karena aakan mengakibatkan si anak menjadi kurang mengembangkan kemampuannya. Ketika seorang anak dibandingkan dengan anak lainnya, maka anak tersebut pasti akan berpikir “Yasudah lah, apapun yang saya lakukan pasti selalu tidak lebih baik daripada teman saya.” Nah, hal ini yang dapat mengakibatkan seorang anak menjadi pesimis sehingga sulit untuk berkembang. Kedua, yang saya dapatkan adalah sebelum memasuki kegiatan perkuliahan, ada baiknya mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan membaca materi yang akan dikuliahkan. Dan kemudian yang terakhir adalah pada kegiatan permainan berkelompok (mengoper karet gelang), dibutuhkan kerjasama yang baik antaranggota kelompok, melatih konsentrasi, melatih penyusunan strategi (agar karet gelang tidak jatuh), dan juga dapat melatih kecermatan.
Demikian kegiatan perkuliahan di mata kuliah Kreativitas kali ini, semoga banyak hal yang bisa kita dapat dari kegiatan kali ini.....


1 komentar:

  1. ..lalu manfaat yang paling kamu rasakan apa?
    saya tidak membacanya dalam posting mu di atas..:)

    BalasHapus