Coba jelaskan dengan singkat dan padat berkaitan dengan creativogenic. Selanjutnya buat ulasan dan uraian sehubungan dengan hal tersebut dikaitkan dengan lingkungan F. Psikologi USU (yang anda ketahui)
Creativogenic merupakan istilah yang memiliki arti: kebudayaan yang menunjang, memupuk, dan memungkinkan perkembangan kreativitas. Salah satu faktor makro dalam suatu kebudayaan yang membantu perkembangan kreativitas dari warga negara menurut Arieti (1976) adalah dengan kebudayaan yang creativogenic. Dalam sejarah kebudayaan ditunjukkan bahwa dalam kurun waktu tertentu akan terdapat lebih banyak orang-orang tampil secara unggul, seperti musisi, ilmuwan, atau tokoh-tokoh lainnya di bidang tertentu. Dalam kebudayaan-kebudayaan tertentu, kreativitas lebih dihargai sehingga akan lebih berkembang daripada dalam kebudayaan lainnya, hal ini disebut oleh Silvano Arieti (1976) sebagai kebudayaan ”creativogenic”. Dalam hal ini, kebudayaan dari suatu masyarakat mempengaruhi perkembangan kreativitas. Berkaitan dengan lingkungan fakultas, saya akan meninjau dari sisi karakteristik kebudayaan creativogenic yang dikemukakan oleh Arieti, yaitu: 1. Tersedianya sarana kebudayaan Sarana dan media kebudayaan merupakan faktor penunjang terwujudnya kreativitas. Tersedianya media merupakan persyaratan bagi pertumbuhan suautu kebudayaan. Seorang musisi akan sulit mengembangkan bakatnya apabila ia hidup dlaam lingkungan yang tidak memungkinkannya untuk mengembangkan bakat yang ia miliki. Menurut saya, lingkungan fakultas cukup mampu memberikan sarana kepada mahasiswa yang ingin mengembangkan bakat, bisa dilihat dari majalah dinding. Majalah dinding merupakan salah satu sarana atau media pemberitahuan informasi. Majalah dinding fakultas tidak hanya diisi oleh jadwal perkuliahan atau pengumuman nilai saja, tetapi juga terdapat pengumuman mengenai diadakannya pertunjukan musik, tari dan lain-lain. Selain itu, fakultas juga melihat antusiasme masyarakat yang addict pada internet, sehingga sarana penyaluran informasi dilakukan juga di jejaring sosial seperti facebook.
2. Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan Sebaiknya, media kebudayaan terbuka bagi semua lapisan masyarakat dan tidak bagi golongan tertentu saja. Hal ini dapat dengan jelas diketahui bahwa fakultas tidak menutup-nutupi informasi. Semua informasi yang berkaitan tentang mahasiswa ataupun staf diinformasikan secara terbuka, sehingga seluruh warga fakultas mengetahui info tersebut. Dapat dikatakan secara keseluruhan, sosialisasi yang terjadi di dalam lingkungan fakultas cukup baik.
3. Penekanan pada becoming, tidak hanya pada being Kebudayaan yang hanya mengutamakan kepuasan langsung, kesenangan atau kenikmatan langsung tidak memupuk kreativitas. Masyarakat yang kreatif menyadari bahwa kreativitas adalah sesuatu yang tumbuh. Dalam hal ini, fakultas dalam proses (becoming), dimana seluruh warga berupaya mengembangkan performance untuk terus-menerus berkembang, tidak stagnan pada satu level saja. Menurut saya, hal ini dilihat dari bagaimana warga-warga fakultas berusaha menunjukkan kemampuan terbaiknya untuk menjadikan Fakultas Psikologi lebih baik dan berupaya mencapai akreditasi tinggi.
4. Kesempatan bebas terhadap media kebudayaan Kesempatan bebas dimiliki oleh semua warga tanpa diskriminasi. Menurut saya, di dalam fakultas juga kita sebagai warga memiliki kesempatan yang sama, misalnya bebas dalam mendaftarkan diri sebagai calon gubernur/wakil gubernur, anggota PEMA, dan sebagainya. Tidak ada batasan atau persyaratan tertentu untuk mengembangkan bakat warga fakultas.
5. Kebebasan, dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan Adanya rintangan dapat merupakan tantangan dan motivasi yang merangsang individu berkreasi. Menurut saya, warga Fakultas Psikologi memiliki semangat yang tinggi dalam hal menghadapi rintangan, sehingga tidak sedikit warganya yang meraih sukses dalam kompetisi, misalnya pada saat Sea Games, ada seorang mahasiswa angkatan 2011 yang mewakili negara sebagai salah satu peserta pada salah satu cabang olahraga. Selain itu, tidak sedikit juga mahasiswa Fakultas Psikologi yang berpredikat sebagai mahasiswa berprestasi.
6. Menghargai dan dapat mengintegrasi rangsangan dari kebudayaan yang berbeda Adanya rangsangan baru dari bermacam-macam kebudayaan akan menimbulkan kemungkinan untuk mencapai creative synthesis (Arieti, 1967). Ini tidak berarti bahwa kita harus melepaskan kebudayaan tradisional. Nah, dalam hal ini menurut saya, lingkungan fakultas cukup terbuka pada kebudayaan dari luar, misalnya Korea Selatan (sedang trend saat ini), tetapi kurang menekankan pada seni tradisional asli negara Indonesia. Hal ini saya lihat sewaktu diadakannya kegiatan di fakultas, sebagian besar warga memilih mengadaptasi kebudayaan luar, sementara kebudayaan tradisional sendiri kurang dipertunjukkan.
7. Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen Pandangan divergen dikatakan sebagai indikator kreativitas. Biasanya pendidikan formal Indonesia hanya menekankan pada pemikiran konvergen. Tetapi menurut saya, di Fakultas Psikologi, semua model pembelajaran menuntut mahasiswa untuk berpikir divergen, dimana setiap mahasiswa bebas mengemukakan pendapat, menyampaikan kritik dan saran, dan lain sebagainya. Selain itu, masyarakat fakultas memiliki toleransi terhadap cara pikir dan ide-ide baru yang dikemukakan oleh orang lain. 8. Interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti Interaksi antara kelompok orang yang tenar dalam bidang tertentu, dengan adanya kesempatan bekerja sama, dapat mempunyai dampak yang berbeda. Dalam hal ini, saya tidak begitu mengetahui apakah fakultas memiliki relasi dengan suatu kelompok tertentu, tetapi yang saya ketahui adalah fakultas selalu mendapatkan dukungan seperti sponsor dari radio, minuman bersoda, dan lain-lain ketika fakultas mengadakan event-event tertentu.
9. Adanya insentif, penghargaan atau hadiah Dalam batas tertentu, insentif dari luar dapat menguatkan motivasi untuk berprestasi dan memiliki dampak dalam memperkuat, tidak semata-mata karena hadiahnya, karena hadiah merupakan lambang penghargaan terhadap si pencipta. Menurut saya, fakultas meningkatkan kinerjanya tidak hanya untuk mendapatkan penghargaan dari masyarakat luar, tetapi peningkatan kinerja memiliki kepuasan tersendiri bagi fakultas dalam menunjukkan bahwa fakultas mampu berkembang menjadi lebih baik, tentu saja semua warga fakultas termotivasi untuk terus mengembangkan performa fakultas.
Namun, pada intinya, yang paling menentukan adalah faktor diri pribadi individu itu sendiri.
Coba jelaskan dengan singkat dan padat berkaitan dengan model belajar mengajar yang kreatif. Kemudian buat ulasan untuk kelompok performa anda, berkaitan dengan model manakah yang paling sesuai?
Model belajar mengajar kreatif diterapkan dalam menyusun kurikulum untuk siswa berbakat. Terdapat delapan macam model belajar mengajar yang dapat memberikan sumbangan bermakna bagi pendidikan siswa berbakat, khususnya yang berkenaan dengan pengembangan kreativitas. Model belajar mengajar kreatif terdiri dari: 1. Taksonomi Bloom untuk sasaran ranah kognitif Taksonomi Bloom terdiri dari enam tingkatan perilaku kognitif, yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Taksonomi Bloom memungkinkan peningkatan berpikir kreatif dengan melalui proses sintesis. Sintesis ialah kemampuan untuk menggabung bagian-bagian menjadi keseluruhan yang baru. 2. Model struktur intelek dari Guilford Model struktur intelek dari Guilford mempunyai banyak kegunaan untuk pendidikan anak berbakat. Selain untuk mendalami sasaran-sasaran belajar, model ini juga dapat berguna untuk melatih proses pemikiran yang beragam, tidak terbatas pada kognisi dan ingatan, tetapi mencakup pemikiran divergen, konvergen, dan evaluatif. 3. Model talenta berganda dari Taylor Model multiple talents Taylor berhubungan dengan konten dan proses belajar yang dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak berbakat. 4. Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif Model Treffinger merupakan salah satu model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. 5. Model enrichment trial dari Renzulli Model enrichmen triad dapat digunakan untuk program pengayaan anak berbakat, mencakup banyak kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, memberikan suatu cara untuk menangani kecepatan dan kedalaman belajar serta minat dari anak berbakat. 6. Model Williams tentang perilaku kognitif-afektif dalam kelas Model Williams menampilkan secara tiga dimensional bagaimana kurikulum, strategi belajar-mengajar, dan perilaku siswa berinteraksi dalam meningkatkan pemikiran. 7. Taksonomi sasaran pendidikan afektif dari Krathwohl Taksonomi Krathwohl meliputi seperangkat keterampilan yang dapat dikembangkan pada siswa yang berkenaan dengan cara mereka merasa. Taksonomi ini tidak mencerminkan urutan kepentingan, dan dapat diselingi dengan kurikulum. 8. Model pendidikan integratif dari Clark Model ini mendekatkan pada keterpaduan belajar, melihat siswa sebagai individu yang berfungsi sepenuhnya dan mempunyai sistem interaksi yang mempengaruhi performa. Konsep ini memerlukan perpaduan antara fungsi berpikir, perasaan, penginderaan, dan intuisi.
Diantara kedelapan model belajar mengajar kreatif diatas, yang berkaitan dengan performa kelompok adalah: model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif. Alasan: model ini melibatkan ketrampilan afektif dan kognitif pada setiap tingkatan modelnya, dan menunjukkan hubungan dan ketergantungan antara kedua aspek tersebut dalam mendorong belajar kreatif. Model Treffinger terdiri dari langkah-langkah yang terdiri dari: basic tools, practice with process, dan working with real problems. Basic tools merupakan tingkatan pertama yang meliputi keterampilan berpikir divergen dan teknik kreatif. Sebelum mendapatkan apa yang harus ditampilkan dalam performa kelompok, kami awalnya berdiskusi, setiap anggota mengemukakan ide kreatif di depan anggota yang lainnya. Pada tahap ini, anggota mewujudkan rasa ingin tahunya didorong dengan pemikiran yang orisinil, rinci, sehingga mengemukakan pendapat di depan anggota lainnya, tetapi tetap terdapat tenggang rasa diantara anggota karena mungkin akan ada anggota lain yang kurang setuju dengan ide yang dikemukakan. Pada awalnya memang terdapat bermacam-macam ide, namun kami memikirkan untung dan ruginya, sehingga pada akhirnya terpilihlah ide menampilkan parodi video klip beserta dance. Pada tingkatan kedua, practice with process, memasuki penerapan keterampilan yang dipelajari pada tingkat sebelumnya. Pada tingkatan ini, siswa dituntut untuk memiliki keterampilan melakukan fungsi seperti analisis, evaluasi, imajinasi, dan fantasi. Pada tingkatan ini, kelompok mulai memikirkan apa yang terjadi jika, bagaimana menghasilkan rekaman yang cukup baik sehingga tidak lari ddari konsep video asli, dimana latar dan setting pengambilan gambar, video apa yang akan di-cover, dan lain sebagainya. Tingkatan ketiga, working with real problems, menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat pertama dan kedua terhadap tantangan. Pada tahap inilah kami menjalankan konsep yang telah dirancang sehingga dapat mengahsilkan produk kreatif. Pada tahap ini kelompok mewujudkan konsep tersebut secara nyata, seperti mulai mengedit video hingga syuting sebagai model video.
3. Sekarang, anggaplah anda adalah pendidik (silahkan pilih tingkat TK, SD, SMP, SMA atau Perguruan Tinggi). Jika siswa/mahasiswa anda berjumlah 20 orang, apa yang akan anda lakukan? (minimal menggunakan 2 landasan teori).
Jika saya diberikan kesempatan untuk menjadi seorang pendidik, saya akan memilih menjadi pendidik pada tingkat SD. Di sekolah dasar, anak-anak berada pada usia ingin mengenal banyak, memiliki pemikiran yang fresh, serta mampu mengungkapkan ide-ide yang bermacam-macam. Pertama-tama saya akan mengevaluasi diri terlebih dahulu, apakah saya sudah mampu untuk menjadi seorang pendidik yang baik atau belum. Jika belum, saya akan berusaha belajar menjadi pendidik yang baik. Landasan teori: Davis (dikutip Sisk, 1987) menyebutkan cirri-ciri guru anak berbakat, yaitu memiliki sikap demokratis, ramah, memberi perhatian pada perorangan, sabar, memiliki minat yang luas, penampilan menyenangkan, adil, tidak memihak, memiliki rasa humor, fleksibel, konsisten, menggunakan penghargaan dan pujian, dan kemahiran yang luar biasa dalam mengajar subjek tertentu. Kemudian saya akan menentukan model pembelajarannya. Model pembelajaran yang saya pilih adalah model pembelajaran Treffinger untuk mendorong belajar kreatif. Landasan teori : Treffinger mengemukakan bahwa model pembelajaran ini melibatkan aspek kemampuan kognitif dan afektif, dan ketergantungan atau keterlibatan kedua aspek tersebut dapat mendorong belajar kreatif, dimana masing-masing tingkatan berupa: basic tools, practice with process, dan working with real problems. Model Treffinger ini paling efektif jika diadaptasi untuk penggunaan kurikulum secara menyeluruh, karena lebih memungkinkan memodifikasi konten, produk, dan lingkungan. Kemampuan kognitif dan afektif dari individu dikembangkan dengan kompleks, dengan demikian siswa belajar keterampilan yang beragam dan mampu menggunakan keterampilan tersebut. Selain itu, model ini dapat diterapkan pada semua segi dari kehidupan sekolah, mulai dari pemecahan konflik sampai pengembangan teori ilmiah. Dengan model ini, siswa dapat melihat kemampuan mereka menggunakan kreativitas dalam hidup dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam lingkungan. Selanjutnya, landasan teori: ditinjau dari model Amabile, kreativitas merupakan daerah pertemuan antara tiga komponen (kemampuan berpikir, bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik), dimana kedua komponen dapat dilatih oleh guru, sedangkan motivasi intrinsik tidak dapat diajarkan secara langsung, melainkan ditumbuhkan dalam iklim kelas yang menunjang kreativitas. Hal ini yang membuat saya membuat pengaturan kelas yang bersifat ”terbuka” dalam program belajar mengajar. Kelas terbuka pada umumnya tidak bersifat kaku, kurang ada tekanan terhadap kinerja siswa, dan lebih banyak perhatian individual. Akan lebih mudah dilakukan kelas terbuka seperti ini jika siswa hanya terdiri dari 20 orang, maka akan lebih mudah mengawasi perkembangan setiap anak. Selain itu, ruangan kelas hendaknya merangsang visual anak, tetapi tidak mengganggu perhatian anak. Ruang kelas bisa diisi dengan produk-produk buatan siswa seperti lukisan, patung, dan sebagainya. Sebaiknya, ruang kelas juga didukung fasilitas yang mempu menunjang kegiatan belajar siswa, seperti komputer. Dalam strategi mengajar, akan lebih ditekankan pada tiga aspek: penilaian, hadiah, dan pilihan. Pada hal penilaian, saya sebagai seorang pendidik berusaha menilai kemajuan siswa sambil terus-menerus berinteraksi dengan siswa. Setiap pekerjaan yang saya tugaskan akan saya nilai dengan memberikan catatan pada tugas mereka masing-masing, bisa berisi tentang sisi-sisi baik dan sisi-sisi yang masih kurang dari siswa. Sebisa mungkin juga saya sebagai pendidik menjalin komunikasi dengan para orang tua siswa agar orang tua mengetahui perkembangan anak-anak di sekolah. Pemberian hadiah (reward) juga akan memberikan motivasi tertentu pada anak. Pemberian hadiah tidak selalu dalam bentuk materi, tetapi bisa berupa senyuman atau pujian. Kemudian, saya juga harus memberikan kesempatan pada siswa untuk memilih, misalnya memilih tema yang mereka inginkan untuk menampilkan pertunjukan di sebuah acara sekolah.
Coba jelaskan dengan singkat dan padat berkaitan dengan creativogenic. Selanjutnya buat ulasan dan uraian sehubungan dengan hal tersebut dikaitkan dengan lingkungan F. Psikologi USU (yang anda ketahui)
BalasHapusCreativogenic merupakan istilah yang memiliki arti: kebudayaan yang menunjang, memupuk, dan memungkinkan perkembangan kreativitas. Salah satu faktor makro dalam suatu kebudayaan yang membantu perkembangan kreativitas dari warga negara menurut Arieti (1976) adalah dengan kebudayaan yang creativogenic. Dalam sejarah kebudayaan ditunjukkan bahwa dalam kurun waktu tertentu akan terdapat lebih banyak orang-orang tampil secara unggul, seperti musisi, ilmuwan, atau tokoh-tokoh lainnya di bidang tertentu.
BalasHapusDalam kebudayaan-kebudayaan tertentu, kreativitas lebih dihargai sehingga akan lebih berkembang daripada dalam kebudayaan lainnya, hal ini disebut oleh Silvano Arieti (1976) sebagai kebudayaan ”creativogenic”.
Dalam hal ini, kebudayaan dari suatu masyarakat mempengaruhi perkembangan kreativitas. Berkaitan dengan lingkungan fakultas, saya akan meninjau dari sisi karakteristik kebudayaan creativogenic yang dikemukakan oleh Arieti, yaitu:
1. Tersedianya sarana kebudayaan
Sarana dan media kebudayaan merupakan faktor penunjang terwujudnya kreativitas. Tersedianya media merupakan persyaratan bagi pertumbuhan suautu kebudayaan. Seorang musisi akan sulit mengembangkan bakatnya apabila ia hidup dlaam lingkungan yang tidak memungkinkannya untuk mengembangkan bakat yang ia miliki. Menurut saya, lingkungan fakultas cukup mampu memberikan sarana kepada mahasiswa yang ingin mengembangkan bakat, bisa dilihat dari majalah dinding. Majalah dinding merupakan salah satu sarana atau media pemberitahuan informasi. Majalah dinding fakultas tidak hanya diisi oleh jadwal perkuliahan atau pengumuman nilai saja, tetapi juga terdapat pengumuman mengenai diadakannya pertunjukan musik, tari dan lain-lain. Selain itu, fakultas juga melihat antusiasme masyarakat yang addict pada internet, sehingga sarana penyaluran informasi dilakukan juga di jejaring sosial seperti facebook.
2. Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
Sebaiknya, media kebudayaan terbuka bagi semua lapisan masyarakat dan tidak bagi golongan tertentu saja. Hal ini dapat dengan jelas diketahui bahwa fakultas tidak menutup-nutupi informasi. Semua informasi yang berkaitan tentang mahasiswa ataupun staf diinformasikan secara terbuka, sehingga seluruh warga fakultas mengetahui info tersebut. Dapat dikatakan secara keseluruhan, sosialisasi yang terjadi di dalam lingkungan fakultas cukup baik.
3. Penekanan pada becoming, tidak hanya pada being
Kebudayaan yang hanya mengutamakan kepuasan langsung, kesenangan atau kenikmatan langsung tidak memupuk kreativitas. Masyarakat yang kreatif menyadari bahwa kreativitas adalah sesuatu yang tumbuh. Dalam hal ini, fakultas dalam proses (becoming), dimana seluruh warga berupaya mengembangkan performance untuk terus-menerus berkembang, tidak stagnan pada satu level saja. Menurut saya, hal ini dilihat dari bagaimana warga-warga fakultas berusaha menunjukkan kemampuan terbaiknya untuk menjadikan Fakultas Psikologi lebih baik dan berupaya mencapai akreditasi tinggi.
(lanjutan...)
BalasHapus4. Kesempatan bebas terhadap media kebudayaan
Kesempatan bebas dimiliki oleh semua warga tanpa diskriminasi. Menurut saya, di dalam fakultas juga kita sebagai warga memiliki kesempatan yang sama, misalnya bebas dalam mendaftarkan diri sebagai calon gubernur/wakil gubernur, anggota PEMA, dan sebagainya. Tidak ada batasan atau persyaratan tertentu untuk mengembangkan bakat warga fakultas.
5. Kebebasan, dengan pengalaman tekanan dan rintangan sebagai tantangan
Adanya rintangan dapat merupakan tantangan dan motivasi yang merangsang individu berkreasi. Menurut saya, warga Fakultas Psikologi memiliki semangat yang tinggi dalam hal menghadapi rintangan, sehingga tidak sedikit warganya yang meraih sukses dalam kompetisi, misalnya pada saat Sea Games, ada seorang mahasiswa angkatan 2011 yang mewakili negara sebagai salah satu peserta pada salah satu cabang olahraga. Selain itu, tidak sedikit juga mahasiswa Fakultas Psikologi yang berpredikat sebagai mahasiswa berprestasi.
6. Menghargai dan dapat mengintegrasi rangsangan dari kebudayaan yang berbeda
Adanya rangsangan baru dari bermacam-macam kebudayaan akan menimbulkan kemungkinan untuk mencapai creative synthesis (Arieti, 1967). Ini tidak berarti bahwa kita harus melepaskan kebudayaan tradisional. Nah, dalam hal ini menurut saya, lingkungan fakultas cukup terbuka pada kebudayaan dari luar, misalnya Korea Selatan (sedang trend saat ini), tetapi kurang menekankan pada seni tradisional asli negara Indonesia. Hal ini saya lihat sewaktu diadakannya kegiatan di fakultas, sebagian besar warga memilih mengadaptasi kebudayaan luar, sementara kebudayaan tradisional sendiri kurang dipertunjukkan.
7. Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen
Pandangan divergen dikatakan sebagai indikator kreativitas. Biasanya pendidikan formal Indonesia hanya menekankan pada pemikiran konvergen. Tetapi menurut saya, di Fakultas Psikologi, semua model pembelajaran menuntut mahasiswa untuk berpikir divergen, dimana setiap mahasiswa bebas mengemukakan pendapat, menyampaikan kritik dan saran, dan lain sebagainya. Selain itu, masyarakat fakultas memiliki toleransi terhadap cara pikir dan ide-ide baru yang dikemukakan oleh orang lain.
8. Interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti
Interaksi antara kelompok orang yang tenar dalam bidang tertentu, dengan adanya kesempatan bekerja sama, dapat mempunyai dampak yang berbeda. Dalam hal ini, saya tidak begitu mengetahui apakah fakultas memiliki relasi dengan suatu kelompok tertentu, tetapi yang saya ketahui adalah fakultas selalu mendapatkan dukungan seperti sponsor dari radio, minuman bersoda, dan lain-lain ketika fakultas mengadakan event-event tertentu.
9. Adanya insentif, penghargaan atau hadiah
Dalam batas tertentu, insentif dari luar dapat menguatkan motivasi untuk berprestasi dan memiliki dampak dalam memperkuat, tidak semata-mata karena hadiahnya, karena hadiah merupakan lambang penghargaan terhadap si pencipta. Menurut saya, fakultas meningkatkan kinerjanya tidak hanya untuk mendapatkan penghargaan dari masyarakat luar, tetapi peningkatan kinerja memiliki kepuasan tersendiri bagi fakultas dalam menunjukkan bahwa fakultas mampu berkembang menjadi lebih baik, tentu saja semua warga fakultas termotivasi untuk terus mengembangkan performa fakultas.
Namun, pada intinya, yang paling menentukan adalah faktor diri pribadi individu itu sendiri.
Coba jelaskan dengan singkat dan padat berkaitan dengan model belajar mengajar yang kreatif. Kemudian buat ulasan untuk kelompok performa anda, berkaitan dengan model manakah yang paling sesuai?
BalasHapusModel belajar mengajar kreatif diterapkan dalam menyusun kurikulum untuk siswa berbakat. Terdapat delapan macam model belajar mengajar yang dapat memberikan sumbangan bermakna bagi pendidikan siswa berbakat, khususnya yang berkenaan dengan pengembangan kreativitas.
BalasHapusModel belajar mengajar kreatif terdiri dari:
1. Taksonomi Bloom untuk sasaran ranah kognitif
Taksonomi Bloom terdiri dari enam tingkatan perilaku kognitif, yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Taksonomi Bloom memungkinkan peningkatan berpikir kreatif dengan melalui proses sintesis. Sintesis ialah kemampuan untuk menggabung bagian-bagian menjadi keseluruhan yang baru.
2. Model struktur intelek dari Guilford
Model struktur intelek dari Guilford mempunyai banyak kegunaan untuk pendidikan anak berbakat. Selain untuk mendalami sasaran-sasaran belajar, model ini juga dapat berguna untuk melatih proses pemikiran yang beragam, tidak terbatas pada kognisi dan ingatan, tetapi mencakup pemikiran divergen, konvergen, dan evaluatif.
3. Model talenta berganda dari Taylor
Model multiple talents Taylor berhubungan dengan konten dan proses belajar yang dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak berbakat.
4. Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif
Model Treffinger merupakan salah satu model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan memberikan saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan.
5. Model enrichment trial dari Renzulli
Model enrichmen triad dapat digunakan untuk program pengayaan anak berbakat, mencakup banyak kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, memberikan suatu cara untuk menangani kecepatan dan kedalaman belajar serta minat dari anak berbakat.
6. Model Williams tentang perilaku kognitif-afektif dalam kelas
Model Williams menampilkan secara tiga dimensional bagaimana kurikulum, strategi belajar-mengajar, dan perilaku siswa berinteraksi dalam meningkatkan pemikiran.
7. Taksonomi sasaran pendidikan afektif dari Krathwohl
Taksonomi Krathwohl meliputi seperangkat keterampilan yang dapat dikembangkan pada siswa yang berkenaan dengan cara mereka merasa. Taksonomi ini tidak mencerminkan urutan kepentingan, dan dapat diselingi dengan kurikulum.
8. Model pendidikan integratif dari Clark
Model ini mendekatkan pada keterpaduan belajar, melihat siswa sebagai individu yang berfungsi sepenuhnya dan mempunyai sistem interaksi yang mempengaruhi performa. Konsep ini memerlukan perpaduan antara fungsi berpikir, perasaan, penginderaan, dan intuisi.
(lanjutan...)
BalasHapusDiantara kedelapan model belajar mengajar kreatif diatas, yang berkaitan dengan performa kelompok adalah: model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif.
Alasan: model ini melibatkan ketrampilan afektif dan kognitif pada setiap tingkatan modelnya, dan menunjukkan hubungan dan ketergantungan antara kedua aspek tersebut dalam mendorong belajar kreatif. Model Treffinger terdiri dari langkah-langkah yang terdiri dari: basic tools, practice with process, dan working with real problems.
Basic tools merupakan tingkatan pertama yang meliputi keterampilan berpikir divergen dan teknik kreatif. Sebelum mendapatkan apa yang harus ditampilkan dalam performa kelompok, kami awalnya berdiskusi, setiap anggota mengemukakan ide kreatif di depan anggota yang lainnya. Pada tahap ini, anggota mewujudkan rasa ingin tahunya didorong dengan pemikiran yang orisinil, rinci, sehingga mengemukakan pendapat di depan anggota lainnya, tetapi tetap terdapat tenggang rasa diantara anggota karena mungkin akan ada anggota lain yang kurang setuju dengan ide yang dikemukakan. Pada awalnya memang terdapat bermacam-macam ide, namun kami memikirkan untung dan ruginya, sehingga pada akhirnya terpilihlah ide menampilkan parodi video klip beserta dance.
Pada tingkatan kedua, practice with process, memasuki penerapan keterampilan yang dipelajari pada tingkat sebelumnya. Pada tingkatan ini, siswa dituntut untuk memiliki keterampilan melakukan fungsi seperti analisis, evaluasi, imajinasi, dan fantasi. Pada tingkatan ini, kelompok mulai memikirkan apa yang terjadi jika, bagaimana menghasilkan rekaman yang cukup baik sehingga tidak lari ddari konsep video asli, dimana latar dan setting pengambilan gambar, video apa yang akan di-cover, dan lain sebagainya.
Tingkatan ketiga, working with real problems, menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat pertama dan kedua terhadap tantangan. Pada tahap inilah kami menjalankan konsep yang telah dirancang sehingga dapat mengahsilkan produk kreatif. Pada tahap ini kelompok mewujudkan konsep tersebut secara nyata, seperti mulai mengedit video hingga syuting sebagai model video.
3. Sekarang, anggaplah anda adalah pendidik (silahkan pilih tingkat TK, SD, SMP, SMA atau Perguruan Tinggi). Jika siswa/mahasiswa anda berjumlah 20 orang, apa yang akan anda lakukan? (minimal menggunakan 2 landasan teori).
BalasHapusJika saya diberikan kesempatan untuk menjadi seorang pendidik, saya akan memilih menjadi pendidik pada tingkat SD. Di sekolah dasar, anak-anak berada pada usia ingin mengenal banyak, memiliki pemikiran yang fresh, serta mampu mengungkapkan ide-ide yang bermacam-macam.
BalasHapusPertama-tama saya akan mengevaluasi diri terlebih dahulu, apakah saya sudah mampu untuk menjadi seorang pendidik yang baik atau belum. Jika belum, saya akan berusaha belajar menjadi pendidik yang baik. Landasan teori: Davis (dikutip Sisk, 1987) menyebutkan cirri-ciri guru anak berbakat, yaitu memiliki sikap demokratis, ramah, memberi perhatian pada perorangan, sabar, memiliki minat yang luas, penampilan menyenangkan, adil, tidak memihak, memiliki rasa humor, fleksibel, konsisten, menggunakan penghargaan dan pujian, dan kemahiran yang luar biasa dalam mengajar subjek tertentu.
Kemudian saya akan menentukan model pembelajarannya. Model pembelajaran yang saya pilih adalah model pembelajaran Treffinger untuk mendorong belajar kreatif. Landasan teori : Treffinger mengemukakan bahwa model pembelajaran ini melibatkan aspek kemampuan kognitif dan afektif, dan ketergantungan atau keterlibatan kedua aspek tersebut dapat mendorong belajar kreatif, dimana masing-masing tingkatan berupa: basic tools, practice with process, dan working with real problems. Model Treffinger ini paling efektif jika diadaptasi untuk penggunaan kurikulum secara menyeluruh, karena lebih memungkinkan memodifikasi konten, produk, dan lingkungan. Kemampuan kognitif dan afektif dari individu dikembangkan dengan kompleks, dengan demikian siswa belajar keterampilan yang beragam dan mampu menggunakan keterampilan tersebut. Selain itu, model ini dapat diterapkan pada semua segi dari kehidupan sekolah, mulai dari pemecahan konflik sampai pengembangan teori ilmiah. Dengan model ini, siswa dapat melihat kemampuan mereka menggunakan kreativitas dalam hidup dan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam lingkungan.
Selanjutnya, landasan teori: ditinjau dari model Amabile, kreativitas merupakan daerah pertemuan antara tiga komponen (kemampuan berpikir, bekerja kreatif, dan motivasi intrinsik), dimana kedua komponen dapat dilatih oleh guru, sedangkan motivasi intrinsik tidak dapat diajarkan secara langsung, melainkan ditumbuhkan dalam iklim kelas yang menunjang kreativitas. Hal ini yang membuat saya membuat pengaturan kelas yang bersifat ”terbuka” dalam program belajar mengajar. Kelas terbuka pada umumnya tidak bersifat kaku, kurang ada tekanan terhadap kinerja siswa, dan lebih banyak perhatian individual. Akan lebih mudah dilakukan kelas terbuka seperti ini jika siswa hanya terdiri dari 20 orang, maka akan lebih mudah mengawasi perkembangan setiap anak. Selain itu, ruangan kelas hendaknya merangsang visual anak, tetapi tidak mengganggu perhatian anak. Ruang kelas bisa diisi dengan produk-produk buatan siswa seperti lukisan, patung, dan sebagainya. Sebaiknya, ruang kelas juga didukung fasilitas yang mempu menunjang kegiatan belajar siswa, seperti komputer.
Dalam strategi mengajar, akan lebih ditekankan pada tiga aspek: penilaian, hadiah, dan pilihan. Pada hal penilaian, saya sebagai seorang pendidik berusaha menilai kemajuan siswa sambil terus-menerus berinteraksi dengan siswa. Setiap pekerjaan yang saya tugaskan akan saya nilai dengan memberikan catatan pada tugas mereka masing-masing, bisa berisi tentang sisi-sisi baik dan sisi-sisi yang masih kurang dari siswa. Sebisa mungkin juga saya sebagai pendidik menjalin komunikasi dengan para orang tua siswa agar orang tua mengetahui perkembangan anak-anak di sekolah. Pemberian hadiah (reward) juga akan memberikan motivasi tertentu pada anak. Pemberian hadiah tidak selalu dalam bentuk materi, tetapi bisa berupa senyuman atau pujian. Kemudian, saya juga harus memberikan kesempatan pada siswa untuk memilih, misalnya memilih tema yang mereka inginkan untuk menampilkan pertunjukan di sebuah acara sekolah.
Nilai 85
BalasHapus