Johari Window atau Jendela Johari adalah salah satu cara bagaimana untuk melihat dinamika self-awareness, dan berkaitan dengan perasaan, perilaku dan motif. Johari Window ini diciptakan pada tahun 1955 oleh Joseph Luft dan Harry Ingham untuk mengamati bagaimana cara kita memahami diri kita sendiri.
Model Johari Window ini terdiri dari 4 kuadran, yaitu:
· Kuadran 1 (Terbuka), yaitu merujuk pada sesuatu yang kita ketahui dan orang lain pun mengetahuinya.
· Kuadran 2 (Buta), yaitu merujuk pada sesuatu yang diketahui orang lain, tetapi tidak diketahui oleh kita sendiri.
· Kuadran 3 (Tersembunyi), yaitu merujuk pada sesuatu yang kita ketahui, namun orang lain tidak mengetahuinya.
· Kuadran 4 (Misteri), yaitu merujuk pada sesuatu yang tidak kita ketahui dan orang lain pun tidak mengetahuinya.
Dalam pembahasan Johari Window ini, Joseph Luft berpendapat bahwa kita harus mengurangi ukuran kuadran kedua yang merupakan area yang rapuh, karena didalamnya berisikan tentang apa yang diketahui orang lain, tidak diketahui oleh kita, bahkan mungkin ketidaktahuan kita itu karena kita menganggap sesuatu hal secara sepele sehingga sering mengabaikannya.
Pada pertemuan perkuliahan Selasa, 8 Maret 2011, kami menggunakan metode Johari Window ini dengan membahas bagaimana sifat atau karakter yang dimiliki oleh teman-teman yang dekat dengan kita, sejauh mana kita mengenali teman kita dan sejauh mana pula teman kita mengenali kita.
Evaluasi pembelajaran kali ini kami kaitkan dengan teori Piaget, yang menyatakan bahwa untuk dapat memahami sesuatu, kita menggunakan skema atau konsep yang sudah tertanam di pikiran kita. Begitu pula ketika kita mengidentifikasi dan menilai teman, maka apa yang kita deskripsikan merupakan perwujudan dari apa yang telah kita konsepkan. Proses kognitif akan berkembang ketika kita mengembangkan konsep yang telah tertanam. Ketika kita mengevaluasi sifat masing-masing, maka akan ada sifat yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari sebelumnya dan menjadikannya informasi baru yang merupakan penambahan mengenai diri kita sendiri. Proses ini dinamakan asimilasi, yaitu proses mental yang terjadi ketika seseorang memasukkan informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada.
Kemudian, kami mencoba mengaitkannya dengan motivasi. Dapat kita ketahui bahwa motivasi itu terdiri dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dalam hal ini, motivasi intrinsik merupakan suatu dorongan dalam individu, dapat dikatakan, pada kegiatan kali ini, motivasi intrinsik seseorang yaitu sebagai indikator untuk berafiliasi atau berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Sementara motivasi ekstrinsik merupakan dorongan yang kita dapat dari lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan dapat membentuk dan menuntut kita untuk bertindak atau berperilaku dalam membangun hubungan sosial. Pada intinya, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik itu sama, hanya terdapat perbedaan di sumbernya saja. Bagaimana kita berperilaku, bertindak serta berinteraksi dengan orang lain berkaitan dengan motif sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar